Selasa, 04 Oktober 2011

SURVIVAL


TEKNIK SURVIVAL HUTAN


Teknik survival adalah bagian dari THAB yang mempunyai pokok bahasan :

1. PERSIAPAN PERJALANAN DAN KESEHATAN PERJALANAN.
2. BOTANI DAN ZOOLOGI PRAKTIS.
3. PIONEERING, meliputi : navigasi, mountaineering, tali temali/jerat, pengetahuan
medan, bivak, mencari air, membuat api, komunikasi lapangan, membaca jejak,
manaksir jarak dan ketinggian.Namun penerapannya dipengaruhi oleh faktor-faktor :

1. Subyektif (jasmani rohani).
2. Proses pelaksanaannya.
3. Obyektif (kondisi lingkungan/medan).
4. Faktor pendukung (sarana danprasarana kegiatan).DEFINISI UMUM :Survival itu apa yach? Ada yang tau ga’? yup betul survival adalah suatu usaha dalam

keadaan darurat alias kepepet untuk mempertahankan diri dari ancaman lingkungan agar
terus dapat mempertahankan hidup dan melanjutkan kegiatan/tugas yang sedang
dilaksanakannya. Intinya berusaha untuk hidup dengan kondisi apa adanya.DEFINISI KHUSUS :

Bagi para petugas SAR, survival adalah usaha dalam keadaan terbatas untuk mengolah

kebutuhan pendukung SAR secara maksimal dengan memanfaatkan factor alam yang
ada disekitarnya sehingga kegiatan operasi SAR masih terlaksana.

Keadaan darurat/terbatas ini meliputi :
1. Kesehatan jasmani dan rohani
contoh : tegangan emosi, ketakutan, kesepian, tertekan, putus asa, putus cinta
(yee….) dan terasing, kecelakaan, luka.
2. Tersesat.
3. Kondisi medan yang berat.
4. Terbatasnya perlengkapan.
5. Bahan makanan terbatas.Jadi memang teknik survival hutan perlu disegarkan kembali agar permasalahan yang
kurang dalam hal kemampuan, pengetahuan dan perlengkapan bisa diatasi dengan
perencanaan, persiapan dan latihan sehingga dalam praktek yang sesungguhnya tidak
menjadi persoalan baru yang lain selain operasi SAR itu sendiri.Pembahasan ruang lingkup dibatasi, meliputi pemahaman :
1. Mampu mempraktekkan pengetahuan yang sesuai untuk kegiatan/tugas yang
dikerjakan.
2. Pengembangan teknis dan system pengelolaan survival.
3. Peralatan survival yang tepat.Pada prakteknya semua keadaan darurat yang terjadi dalam mengatasinya melalui
tahap / tindakan :
1. Menilai kesehatan secara keseluruhan dari tim.
2. Melakukan komunakasi bila mungkin, agar keadaan darurat tidak berlarut-larut dan
yang sakit dapat segera ditolong.
3. Membuat perlindungan sementara dan perlengkapannya.
4. Istirahat untuk mengembalikan kondisi.
5. Evaluasi :
- menilai permasalahan yang sudah, sedang dan akan terjadi
- mencari sebab timbulnya keadaan darurat
- penentuan lokasi untuk pengelolaan keadaan darurat
- menyusun daftar makanan, air dan alat yang masih tersisa
- membagi tugas



B I V A K
(Tempat Tinggal / Perlindungan Sementara)


Tempat perlindungan sementara yang memenuhi syarat bisa melindungi diri dari hujan, panas, serangga, binatang atauuntuk kebutuhan lain misalnya : posko komunikasi, perbekalan. Maka pembuatannya berdasarkan kebutuhan, namun harus memenuhi syarat pokok dari segi Kesehatan dan Teknis

A. MAKSUD DARI SEGI KESEHATAN :
1. Ada sumber air untuk minum atau masak pada jarak dekat.
2. Mudah mengalirkan air kotor.
3. Tanah mudah menyerap air/lekas kering.
4. Tanah tidak berbau atau beruap. Contoh : kuburan.

B. MAKSUD DARI SEGI TEKNIS :
1. Dekat sumber bahan.
2. Dekat kayu baker.

Tujuan syarat pokok adalah agar pendirian bivak cepat dan tepat untuk keperluan tugas. Sedang lokasi yang memenuhi syarat adalah :
1. Daerah ketinggian, bukan disungai kering.
2. Jangan dibawah pohon dengan ranting lapuk.
3. Jangan dibawah atau diatas tebing.
4. Jangan menghadap arah angin.
5. Tidak dilewati binatang.

Jenis / macam tempat perlindungan :
1. Alam.
2. Sementara.
3. Semi permanent.

Sedang pembuatan bivak dipengaruhi oleh bahan yang tersedia :
1. Yang ada di alam, misal :
- kayu/ranting untuk tiang
- sulur rotan/ijuk aren untuk tali
- macam-macam daun : nipah, pala, aren, pisang hutan, kelapa, lang-alang, talas
dan lainnya untuk atap atau dinding2. Bahan yang sudah dipersiapkan, misal :
- ponco / jas hujan
- plastik besarbentuknya pun mengacu pada maksud tempat berlindung dibuat yaitu : segitiga, setengah lingkaran, segi empat.


Tempat Perlindungan
1. Alam : contoh yang lazim ialah ceruk-ceruk atau goa, pohon.
2. Sementara :
a. dengan ponco : – bisa bentuk miring atau tenda.
- atap lebih rendah membuat suhu didalamnya lebih hangat
b. dengan bahan-bahan ysng tersedia di alam.

3. Semi Permanen
Menggunakan kerangka, mempunyai dinding dan pintu untuk keluar masuk.
Contoh : gubug, tenda / dome.

Untuk daerah yang banyak binatang buas, jarak lantai dari tanah minimal 3 meter.


B I V A K
(Tempat Tinggal / Perlindungan Sementara)


Tempat perlindungan sementara yang memenuhi syarat bisa melindungi diri dari hujan, panas, serangga, binatang atauuntuk kebutuhan lain misalnya : posko komunikasi, perbekalan. Maka pembuatannya berdasarkan kebutuhan, namun harus memenuhi syarat pokok dari segi Kesehatan dan Teknis

A. MAKSUD DARI SEGI KESEHATAN :
1. Ada sumber air untuk minum atau masak pada jarak dekat.
2. Mudah mengalirkan air kotor.
3. Tanah mudah menyerap air/lekas kering.
4. Tanah tidak berbau atau beruap. Contoh : kuburan.

B. MAKSUD DARI SEGI TEKNIS :
1. Dekat sumber bahan.
2. Dekat kayu baker.

Tujuan syarat pokok adalah agar pendirian bivak cepat dan tepat untuk keperluan tugas. Sedang lokasi yang memenuhi syarat adalah :
1. Daerah ketinggian, bukan disungai kering.
2. Jangan dibawah pohon dengan ranting lapuk.
3. Jangan dibawah atau diatas tebing.
4. Jangan menghadap arah angin.
5. Tidak dilewati binatang.

Jenis / macam tempat perlindungan :
1. Alam.
2. Sementara.
3. Semi permanent.

Sedang pembuatan bivak dipengaruhi oleh bahan yang tersedia :
1. Yang ada di alam, misal :
- kayu/ranting untuk tiang
- sulur rotan/ijuk aren untuk tali
- macam-macam daun : nipah, pala, aren, pisang hutan, kelapa, lang-alang, talas
dan lainnya untuk atap atau dinding2. Bahan yang sudah dipersiapkan, misal :
- ponco / jas hujan
- plastik besarbentuknya pun mengacu pada maksud tempat berlindung dibuat yaitu : segitiga, setengah lingkaran, segi empat.


Tempat Perlindungan
1. Alam : contoh yang lazim ialah ceruk-ceruk atau goa, pohon.
2. Sementara :
a. dengan ponco : – bisa bentuk miring atau tenda.
- atap lebih rendah membuat suhu didalamnya lebih hangat
b. dengan bahan-bahan ysng tersedia di alam.

3. Semi Permanen
Menggunakan kerangka, mempunyai dinding dan pintu untuk keluar masuk.
Contoh : gubug, tenda / dome.

Untuk daerah yang banyak binatang buas, jarak lantai dari tanah minimal 3 meter.
JERAT DAN PERANGKAP


JERAT

Adalah tali Bantu untuk menghubungkan/menarik benda. Ada bebarapa macam yang bisa digunakan untuk perangkap dan jerat binatang.1.


Jerat yang mematikan
- Jerat mengikat
Mekanisme kerja adalah menjerat leher/jalan nafas.
Obyeknya : binatang buas seperti babi hutan, kera, dll.
- Jerat tusuk
Mekanisme kerja seperti anak panah dengan arah tusukan muka, lambung,
atau dari atas. Bisa berwujud jebakan lubang atau tusukan benda runcing.
Obyek : binatang.
- Jerat pukul
Mekanisme kerja adalh memukul/menindas obyek dengan benda berat.
Obyek : binatang buas besar.2.


Jerat/perangkap hidup
- Jerat mengikat
Mekanisme seperti jerat 1.a tapi tidak mematikan
Obyek : rusa, menjangan, ayam hutan, dll.
- Perangkap kurungan
Mekanisme adalah bila binatang masuk kurungan akan tertutup.
Obyek : sam seperti 2.a.
- Perangkap getah.
- Perangkap jaring untuk burung atau kelelawar.
- Pancing untuk binatang/ikan.
- Perangkap khusus
misal : kelapa berlubang untuk monyet.
MEMBUAT API

Perlunya api pada kondisi darurat karena peranannya sebagai penghangat, isyarat, memasak, merebus air, dll.
Unsure pembentuk perapian :1.


Penyala : kayu kecil, serbuk kayu lapuk, ranting pinus, kulit palmae, lumut kering
2. Pembakar : kayu mati, dahan kering, rumput, kotoran binatang kering, lemak hewan,
arang, gambut.
3. Api :
- Korek api yang baik.
- Bila tanpa korek
* lensa kamera, lensa teropong (binocular) dengan memfokuskan cahaya
matahari pada obyek yang dibakar.
* Batu api bila ada.
* Gesekan-gesekan bambu kering sampai panas sekali dan timbul bara, dalam
keadaan darurat cara ini adalh yang paling mudah dikerjakan dan hasilnya
paling optimal.
* Dll.

PISAU DAN KAMPAK
PISAU RIMBA

Penggunaan

Penggunaan pisau rimba harus dengan cara benar dan tepat dalam melintasi hutan.
Pemakaian yang tepat adalah pengambilan kecepatan dan sudut parang tertentu untuk
memperoleh hasil yang baik dan tidak terlalu berat. Kecepatan maksimum diperoleh
dengan memegang pisau rimba kuat-kuat dengan ibu jari dan 2 jari lain terlepas, lalu
diayun seperti cemeti dengan pergelangan tangan dan ibu jari dan sesaat sebelum kena
sasaran dua jari lain yang longgar dieratkan.Sudut yang baik untuk menebas adalah 45 derajat. Sudut kecil akan menyerempet

sehingga membahayakan orang disekitar dan si penebang. Dengan sudut besar pisau
akan mental. Miringkan tebasan menjauhi badan dan tidak tegak lurus.Perawatan
Bila perlu dipertajam, asahlah bagian yang tajam sampai tipis debgan batu licin atau
gerenda dan jangan sampai pisau panas agar mata pisau tajamnya tidak berkurang.
1. Dilakukan Perawatan Pada Ujung Pisau
2. Biasakan diberi oli tebal bila tidak dipakai.
3. Pegangan harus rata agar tidak melepuhkan tangan.

KAMPAK

Penggunaan
1. Penggunaan sudut pegangan kampak bila untuk memotong kayu adalah 45 derajat,
bukan mendatar.
2. Untuk memotong dahan adalah dari batang kearah pucuk pohon dan bukan
sebaliknya.
3. Pengayunan yang tepat akan memberi kekuatan dan memotong dengan beberapa
kali pukul lebih dari sekali pukul.Perawatan
Sama dengan perawatan pisau.







0 comments:

Posting Komentar

Comment