2004 - 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. UMUM
Falafah
Pancasila sebagi Dasar Negara merupakan nilai dasar spiritual
keagamaan, kemanusiaan, dan kesatuan bangsa yang menjadi landasan dasar
dalam pembangunan bangsa baik pembangunan sumber daya manusia maupun
pembangunan fisik.
Kepramukaan
sebagai gerakan pendidikan pada jalur pendidikan non formal merupakan
bagian tak terpisahkan dari system pendidikan dalam menyiapkan anak
bangsa menjadi kader bangsa yang berkualitas baik moral, mental,
spiritual, intlelektuan, emosional, maupun fisik dan ketrampilan.
Sampai dengan saat ini masih mengalami krisis multidimensional, yang meliputi semua aspek kehidupan sosial.
Biaya
pendidikan makin tinggi sehingga mendorong meningkatnya anak putus
sekolah serta jumlah penganggguran. Disamping itu ketersediaan lapangan
kerja tidak diikuti oleh pertumbuhan angkatan kerja. Yang sangat
memprihatinkan adalah krisis dalam nilai-nilai, akhlak, mental dan moral
di masyarakat, yang berdampak pada anak muda dan berakibat dalam
pembentukan watak, sikap, tingkah laku dan budi pekertinya.
Gerakan
Pramuka, sebagai organisasi non formal yang turut berperan dalam
pendidikan kaum muda Indonesia, tidak terlepas dari masalah-masalah ini.
Tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana cara dan usahanya untuk
menanggapi berbagai perubahan besar itu, terutama yang membawa dampak
bagi kaum muda.
PBB telah menyatakan dasawarsa mulai tahun 2001, sebagai “International decade for Peace and Non-Violence for the Children of the World”
(Dasawarsa Internasional untuk Budaya Perdamaian dan Non-Kekerasan bagi
Anak Dunia), dengan menugaskan Unesco sebagai coordinator prakarsa itu.
Sedangkan WOSM (Gerakan Pramuka Sedunia) telah mencanangkan tema
khidmat “One World, One Promise” dalam menyambut usia seabad
Gerakan Kperamukaan Sedunia pada tahun 2007, yang kiranya perlu
dipadukan dengan langkah nyata bahwa Pramuka adalah peserkat bangsa.
Kepengurusan
Gerakan Pramuka masa bakti 2003-2008 tidak terelakkan dari keadaan
dengan segala problematiknya itu dan masih akan menghadapi masa penuh
ketidakpastian, kendala dan keterbatasan sumberdaya. Dengan
memperhatikan permasalahan global dan nasional disusunlah Renstra
Gerakan Pramuka 2004-2009 yang merupakan pedoman Gerakan Pramuka dalam
upaya menghadapi berbagai tantangan dan perubahan masa depan.
Rencana
Strategik Gerakan Pramuka ini, merupakan kelanjutan rencana strategik
sebelumnya, dan telah disusun dengan menyadari sepenuhnya akan
kendala-kendala yang dihadapi, namun tetap dengan tekad dan semangat
untuk menanggapi semua tantangan dan senantiasa berupaya penuh dalam
mewujudkan cita-cita luhur bangsa melaui kegiatan kepramukaan yang
positif dan nyata.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan
Rencana Strategik Gerakan Pramuka Tahun 2004-2009 adalah menetapkan
strategi dan prioritas-prioritas program Gerakan Pramuka dalam kurun
waktu 2004-2009, untuk dijadikan dasar penyusunan rencana kerja dan
sasaran kegiatan seluruh jajaran Gerakan Pramuka.
C. DASAR
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka
b.
Keputusan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 141 Tahun 1999
tentang Sistem Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran Gerakan
Pramuka.
c. Panca Karsa Utama 1999-2004, Renstra Gerakan Pramuka.
d. Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Tahun 2003
D. TATA URUT
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Hakekat dan Misi Gerakan Pramuka
Bab III : Kondisi Gerakan Pramuka Saat Ini
Bab IV : Perkembangan Lingkungan Strategik
Bab V : Tantangan
Bab VI : Sasaran Strategik: Gerakan Pramuka Masa Depan
Bab VII : Program Prioritas dan Sasaran
Bab VIII : Penutup
BAB II
HAKEKAT DAN MISI GERAKAN PRAMUKA
1. Umum
Gerakan
Pramuka yang diresmikan berdirinya pada tanggal 14 Agustus 1961
merupakan kesinambungan gerakan kepanduan nasional Indonesia yang
bertujuan menumbuhkan tunas bangsa menjadi generasi yang dapat menjaga
keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa, bertanggungjawab serta mampu
mengisi kemerdekaan Indonesia.
Kepramukaan
pada hakekatnya adalah suatu proses pendidikan yang menyenangkan bagi
anak muda, dibawah tanggungjawab anggota dewasa, yang dilaksanakan di
luar lingkungan pendidikan sekolah dan keluarga, dengan tujuan, prinsip
dasar dan metode pendidikan tertentu.
Gerakan
Pramuka adalah suatu gerakan pendidikan untuk kaum muda, yang bersifat
sukarela, nonpolitik, terbuka untuk semua, tanpa membedakan asal-usul,
ras, suku dan agama, yang menyelenggarakan kepramukaan melalui suatu
sistem nilai yang didasarkan pada Satya dan Darma Pramuka.
Gerakan
Pramuka mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan
mntal, moral, spiritual, emosional, social, intelektual dan fisisknya
sehingga menjadi:
1)
Manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental, dan tinggi moral;
tinggi kecerdasan dan mutu ketrampilannya; kuat dan sehat jasmaninya.
2) Warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang
dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama
bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian
terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional maupun
internasional.
3. Prinsip Dasar
a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
c. Peduli terhadap diri pribadinya;
d. Taat kepada Satya dan Darma Pramuka.
4. Metode Kepramukaan
Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif dan progresif melalui:
a. pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
b. belajar dengan melakukannya (berbuat);
c. sistem berkelompok;
d.
kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik;
e. kegiatan di alam terbuka;
f. sistem tanda kecakapan;
g. sistem satuan terpisah untuk putra dan putri;
h. kiasan dasar.
Pendidikan bertumpu pada empat sendi atau “soko guru”, yaitu :
1) belajar mengetahui (learning to know);
untuk
memiliki pengetahuan umum yang cukup luas dan dapat bekerja secara
mendalam pada berbagai hal. Ini juga mencakup belajar untuk mengetahui,
agar dapat memanfaatkan peluang-peluang pendidikan sepanjang hidup;
2) belajar berbuat (learning to do);
bukan
hanya untuk memperoleh kecakapan/keterampilan kerja, melainkan juga
untuk memiliki keterampilan hidup yang luas, termasuk hubungan antar
pribadi dan hubungan antar kelompok;
3) belajar hidup bersama (learning to live together);
untuk
menumbuhkan pemahaman orang lain, menghargai saling ketergantungan,
keterampilan dalam kerja kelompok dan membereskan
pertentangan-pertentangan, serta menghormati sedalam-dalamnya
nilai-nilai kemajemukan (pluralisme), saling pengertian, perdamaian dan
keadilan;
4) belajar menjadi seseorang (learning to be);
agar dapat lebih mengembangkan watak, serta dapat bertindak mandiri, berpendapat dan bertanggungjawab pribadi yang makin besar.
Berbeda
dengan pendidikan nonformal lainnya, Kepramukaan mencakup keempat “soko
guru” pendidikan yang telah disebut di atas, yaitu: belajar mengetahui,
belajar berbuat, belajar hidup bersama dan belajar menjadi seseorang.
Kepramukaan memiliki sistem pendidikan terorganisasi dan lengkap dengan lima komponen utamanya, yakni:
1) Tujuan pendidikan,
yaitu
pengembangan potensi anak muda sebagai pribadi dan anggota masyarakat
yang mandiri, yang siap membantu sesama, bertanggungjawab dan
berkomitmen.
2) Peserta didik,
yaitu
anggota muda putra-putri Indonesia berusia 7 hingga 25 tahun, yang
digolongkan menjadi Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak
dan Pramuka Pandega.
3) Yang mendidik,
disebut
pembina (bukan guru, pelatih atau instruktur), lebih bertindak sebagai
kakak yang lebih dewasa yang membantu anak mengembangkan diri, dengan
menerapkan metode kepramukaan,
4) Metode pendidikan,
yaitu pendidikan diri yang progesif, tertuang dalam Metode Kepramukaan, yang merupakan titik kuat dan kekhasan Gerakan Pramuka,
5) Materi pendidikan atau kurikulum,
tertuang
dalam Program Kegiatan Peserta Didik, berbentuk kegiatan yang
mengandung kaidah pendidikan. Kegiatan yang menarik dan menyenangkan,
sehat, berperaturan dan berguna, serta dilaksanakan di alam terbuka.
Pendekatan
pendidikan yang digunakan dalam kepramukaan adalah pendekatan yang utuh
dan menyeluruh (holistik). Namun demikian, kepramukaan tetap merupakan
pelengkap jalur-jalur pendidikan lainnya dan memberi kontribusi kepada
keseluruhan pendidikan anak muda.
C. CIRI-CIRI KEPRAMUKAAN
1. Sukarela
Kepramukaan adalah gerakan pendidikan yang bersifat sukarela, tidak membedakan asal usul, suku, ras, golongan atau agama. Sifat
sukarela menggarisbawahi persyaratan bahwa para anggota bergabung atas
dasar kemauannya sendiri dan atas dasar penerimaannya secara sukarela
akan asas-asas Gerakan Pramuka. Hal ini berlaku untuk anggota muda maupun anggota dewasa.
2. Non Politik
Kepramukaan
bersifat non politik, dalam arti kata Gerakan Pramuka tidak terlibat
dalam perjuangan kekuasaan yang menjadi wacana pokok dalam politik. Namun demikian tidak berarti bahwa kepramukaan terpisah sama sekali dari realitas politik dalam suatu negara, karena:
Gerakan Pramuka adalah gerakan yang bertujuan untuk mengembangkan kewarganegaraan yang bertanggungjawab. Pendidikan kemasyarakatan ini tidak akan berhasil tanpa kesadaran atas realitas politik di Indonesia
Gerakan
Pramuka adalah gerakan yang didasarkan pada beberapa prinsip, keyakinan
dan nilai-nilai yang fundamental seperti Satya dan Darma Pramuka yang
mempengaruhi pilihan politik dari para anggota.
3. Bebas
Kepramukaan akan sepenuhnya mencapai tujuan pendidikannya apabila jatidirinya yang khas dapat selalu dijaga. Gerakan Pramuka harus tetap bebas, dengan berdaulat atas kewenangan pengambilan keputusan sendiri pada semua tingkat. Yang
dimaksud bebas dalam hal ini adalah setiap penawaran atau penerimaan
bantuan, atau setiap bentuk kemitraan dengan organisasi lain, hanya
dapat dibenarkan apabila menunjang dan menumbuhkan apa yang ingin
dicapai oleh gerakan Pramuka, yaitu tujuan pendidikannya.
Pada
semua jajaran Gerakan Pramuka harus diwaspadai, bahwa di dalam
mengembangkan hubungan dengan pihak lain (para sponsor, mitra kerjasama,
organisasi yang sejenis, pemerintah dan sebagainya) jatidiri dan
kebebasan Gerakan Pramuka tidak boleh dikompromikan.
4. Sistem Nilai
Kepramukaan
didasarkan pada suatu perangkat nilai, yaitu yang dituangkan ke dalam
kode etik Gerakan Pramuka, atau Kode Kehormatan Pramuka yang disesuaikan
dengan golongan usia dan perkembangan rohani serta jasmani anggota
muda, yaitu:
Dwisatya dan Dwidarma untuk Pramuka Siaga
Trisatya dan Dasadarma untuk Pramuka Penggalang
Trisatya dan Dasadarma untuk Pramuka Penegak dan Pandega
Trisatya dan Dasadarma untuk Anggota Dewasa.
5. Persaudaraan
Hubungan
antar anggota dalam Gerakan Pramuka adalah seperti layaknya hubungan
antar anggota keluarga yang didasari atas cinta kasih, keakraban, dengan
diselimuti rasa kejujuran, keadilan, kepantasan dan keberanian
berkorban.
D. MISI KEPRAMUKAAN
Pada
World Scout Conference yang bersidang di Durban, Afrika Selatan, pada
bulan Juli 1999, telah diterima secara bulat oleh seluruh organisasi
kepramukaan sedunia, rumusan Pernyataan Misi Kepramukaan. Pernyataan
ini, didasarkan pada Konstitusi (Anggaran Dasar) WOSM, dimaksudkan untuk
menegaskan kembali peran Kepramukaan sekarang ini.
Pernyataan Misi Kepramukaan adalah sebagai berikut:
Misi
Kepramukaan adalah turut menyumbang pada pendidikan kaum muda, melalui
suatu sistem nilai yang didasarkan pada Satya dan Darma Pramuka, guna
membantu membangun dunia yang lebih baik, di mana orang-orangnya adalah
pribadi yang dirinya telah berkembang sepenuhnya dan memainkan peran
konstruktif di dalam masyarakat.
Hal ini dicapai dengan:
1. menyertakan kaum muda dalam proses pendidikan nonformal, selama tahun-tahun pembentukan kepribadiannya,
2. menggunakan
metode khusus yang membuat masing-masing pribadi menjadi penggerak
utama dalam pengembangan dirinya sendiri, untuk menjadi orang yang
mandiri, siap membantu sesamanya, bertanggungjawab dan merasa
terpanggil,
3. membantu
mereka dalam membentuk suatu sistem nilai yang didasarkan pada
asas-asas spiritual, sosial dan personal, sebagaimana dinyatakan dalam
Satya dan Darma Pramuka.
BAB III
KONDISI GERAKAN PRAMUKA SAAT INI
KONDISI GERAKAN PRAMUKA SAAT INI
A. UMUM
Keadaan Gerakan Pramuka sekarang adalah hasil kumulatif pembinaan Gerakan Pramuka selama ini.
Sasaran
Strategik Tahun 2004, sebagaimana dicanangkan dalam Renstra Gerakan
Pramuka Tahun 1999-2004, belum sepenuhnya berhasil dicapai. Rencana
Kerja 1999-2004 telah mengidentifikasi tiga bidang utama yang merupakan
bidang kritis dalam meningkatkan kepramukaan di Indonesia dan memerlukan
penanganan terpadu, yaitu:
1. pemantapan Gudep-Gudep, terutama yang berpangkalan di sekolah,
2. pengadaan pembina-pembina pramuka dalam skala besar, serta
3. pemberdayaan Kwarcab.
Untuk tiga bidang tersebut, pelaksanaannya harus menyeluruh dan berkait:
a.
mulai dari tingkat Kwarnas (perumusan kebijakan umum, pengarahan,
rencana dan sistem, serta perintisan dan pengusahaan fasilitas),
b.
ke tingkat Kwarda (penentuan prioritas, alokasi sumberdaya, koordinasi
dan pengendalian manajerial, sesuai dengan kondisi daerahnya),
c. yang ditindaklanjuti pada tingkat Kwarcab dengan dibantu oleh Kwarran (menyelenggarakan pengendalian operasional pelaksanaan program-program itu).
Di
beberapa daerah hal ini sudah mulai berjalan, namun pada umumnya belum
dapat dilaksanakan dengan lancar, karena Panca Karsa Utama 1999-2004
sebagai rencana strategik, belum tersosialisasi dengan baik dan belum
dihayati sepenuhnya dalam jajaran Gerakan Pramuka, sehingga belum
berhasil mewujudkan suatu tindak (action plan) terpadu, yang diterapkan
oleh seluruh jajaran Gerakan Pramuka.
Walaupun demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi Gerakan Pramuka pada umumnya baik. Semua program kegiatan dan pertemuan
tingkat nasional dan daerah dapat terselenggara sesuai jadwal, seperti
Jambore, Raimuna, Perkemahan Wirakarya, Lomba Tingkat, Pertisaka dan
sebagainya. Demikian pula penyelenggaraan Rakernas dan Rakerda. Untuk
pertama kalinya telah pula diselenggarakan Lokakarya Pemberdayaan
Kwarcab, yang dihadiri seluruh 356 Kwarcab. Jumlah peserta Kwarcab dalam
Rakernas juga telah ditambah.
Acara-acara internasional baik pada tingkat regional Asia-Pasifik, maupun tingkat dunia, seperti
antara lain konferensi APR (Asia Pacific Region), Jambore Dunia,
konferensi WOSM (World Organization of the Scout Movement), Forum Pemuda
(Youth Forum), dapat dilaksanakan dengan partisipasi penuh dan kinerja
yang memuaskan.
Pramuka
tidak pernah absen dalam kegiatan masyarakat dan sangat diapresiasi
masyarakat. Dalam membantu menolong dan mengurangi penderitaan pada
waktu terjadi kecelakaan atau musibah, individu-individu maupun satuan
pramuka telah pula aktif. Demikian pula dalam hal membantu menanggulangi
bencana alam dan kebakaran hutan.
Satuan-satuan
Pramuka telah membuktikan selalu siap dan mampu berbakti kepada
masyarakat. Kepedulian Pramuka telah dikenal sebagai tindakan konkret
dan bermanfaat langsung bagi masyarakat yang dilayani. Yang senantiasa
perlu dijaga adalah agar kesediaan Pramuka yang murni, penuh semangat
sukarela dan gembira, tidak disalahgunakan untuk tujuan atau kepentingan
politik maupun bisnis golongan tertentu.
Dapat
dikatakan, bahwa Pramuka Indonesia selama ini tidak berpangku tangan,
untuk selalu mengadakan kegiatan yang berguna bagi masyarakat.
Penerimaan masyarakat terhadap Gerakan Pramuka cukup baik dan mendapat
dukungan dari semua pihak, baik pemerintah maupun pihak swasta dan
masyarakat..
B. PENYELENGGARAAN KEGIATAN
1. Gudep
Pertumbuhan
yang pesat dalam jumlah anggota, dipacu oleh pembentukan Gudep-gudep
berpangkalan sekolah secara serentak. Perkembangan ini tidak terimbangi
dengan tersedianya pembina pramuka yang mahir dan kompeten, sehingga
kegiatan.kepramukaan di Gudep tidak dapat diselenggarakan dengan baik.
Akibatnya, proses pendidikan di Gugusdepan tidak berjalan sebagaimana
mestinya dan tanpa disadari telah terjadi beberapa penyimpangan yang
perlu dibenahi, yaitu:
a.
Kepramukaan yang tergolong pendidikan luar sekolah, menjadi bagian
pendidikan sekolah sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang diatur oleh
OSIS.
b.
Tata hubungan yang sudah baku di pramuka, yaitu hubungan Gudep dengan
Mabigus, atau Gudep dengan Mugus, tercampur rancu dengan tata hubungan
sekolah-OSIS-BP3.
c.
Pada umumnya Gugusdepan itu merupakan Gudep hanya untuk siswa sekolah
itu, tidak terbuka untuk anak luar, dan pada umumnya merupakan Gudep
yang tidak lengkap, sehingga tidak mungkin menjadi “induk” atau satuan
pangkal bagi anak pramuka sepanjang ia bergiat pramuka dari awal sampai
akhir.
d.
Hubungan Gudep- Kwarran-Kwarcab tidak kalah pentingnya dengan hubungan
Gudep yang berpangkalan di sekolah dengan Dinas Propinsi maupun
Kabupaten/Kota.
e. Hubungan pramuka dengan Pembina, tetap seperti hubungan murid dengan bapak/ibu guru.
f. Hubungan Pembina dengan Majelis Pembimbing Gudep adalah hubungan karir guru dengan kepala sekolah.
Hal-hal tersebut telah diidentifikasi dalam Renstra 1999-2004, namun penangannya secara sistematis masih belum tampak.
2. Program Kegiatan Pramuka (Youth Programme)
Program
Kegiatan kaum muda (Youth Programme) adalah totalitas apa yang
dilakukan dalam kepramukaan, bagaimana melakukannya (metode) dan mengapa
dilakukan (tujuan pendidikan). Gerakan Pramuka harus menyuguhkan
kegiatan-kegiatan yang lebih menarik dan benar-benar diminati kaum muda
agar mereka dengan sukarela tetap bergabung dalam Gerakan Pramuka.
Rencana
pemutakhiran dan pengembangan Program Kegiatan Peserta Didik ini belum
dapat dilaksanakan sepenuhnya karena keterbatasan tenaga, waktu dan
dana.
3. Ketersediaan Pembina Pramuka Mahir
Dalam
mengembangkan pribadi dan watak peserta didiknya, Kepramukaan
menerapkan metode yang disebut Metode Kepramukaan, yaitu pendidikan-diri
secara progresif, dengan mendasarkan pada sistem nilai Satya dan Darma
Pramuka. Esensi Metode Kepramukaan adalah “mengeluarkan potensi dari
dalam”, yang lebih mengakar dari pada “memasukkan instruksi dari luar”.
Kepramukaan lebih merupakan pendidikan orang per orang, bukan secara
kelas. Ujung tombak penyelenggaraannya, adalah para pembina pramuka di
Gugusdepan.
Perbandingan
antara jumlah Pembina dengan peserta didik secara idealnya adalah 1:8,
atau maksimum 1:10. Kalau jumlah peserta didik diasumsikan 10 juta anak,
maka jumlah Pembina terlatih yang diperlukan sedikitnya adalah 1 juta
orang!
Jumlah Pembina Pramuka dan Pelatih Pembina, status September 2002 adalah sebagai berikut :
- Jumlah Pembina Pramuka : 564.826
- Jumlah Pelatih Pembina : 8.063
Dari
jumlah Pembina Pramuka yang terdaftar dan telah mengikuti KMD dan KML
serta berstatus Pembina Pramuka Mahir hanya 10% yang melaksanakan
fungsi, peran, tugas dan tanggung jawabnya membina Pramuka. Lagi pula,
Pembina Pramuka generasi lama semakin berkurang, sedangkan regenerasi
Pembina Pramuka yang baru, belum diselenggarakan pada skala yang lebih
luas.
Oleh
karena itu, yang sangat memprihatinkan adalah, bahwa dalam kenyataan,
penerapan Metode Kepramukaan cenderung kurang diperhatikan, penerapannya
masih jauh dari memuaskan. Sebagian besar Pembina Pramuka dalam
Gugusdepan yang berpangkalan di sekolah, berasal dari guru yang
ditugaskan menjadi Pembina. Kemungkinan besar belum KMD dan belum
mengenal Metode Kepramukaan, yang sama sekali berbeda dari metode
pendidikan oleh guru. Dari jumlah Pelatih Pembina Pramuka yang terdaftar
dan telah mengikuti KPD dan KPL, hanya 5% yang melaksanakan fungsi
melatih dan mengembangkan Pembina Pramuka.
Di
dalam hal ini Gerakan Pramuka dihadapkan pada masalah penawaran dan
permintaan (supply and demand) Pembina Pramuka yang sangat besar
kesenjangannya.
4. Satuan Karya Pramuka (SAKA)
Satuan
Karya Pramuka adalah wadah untuk pengembangan minat, pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman para Pramuka dalam berbagai bidang kejuruan
terpilih.
Dalam
perkembangannya, pembinaan Saka menghadapi berbagai hambatan, terutama
dalam segi manajemen, seperti antara lain hubungan/koordinasi kwartir
dengan Pimpinan Saka terutama di tingkat daerah dan cabang yang
tampaknya kurang harmonis. Selain
itu, kegiatan Satuan Karya masih belum berjalan secara teratur.
Kegiatan Saka yang terlihat pada umumnya adalah hanya kegiatan bakti
kepada masyarakat. Kegiatan yang bertujuan meningkatkan minat, bakat dan
ketrampilan belum kelihatan diselenggarakan secara teratur.
Sebagai
langkah awal, konsep kesakaan perlu telah diupayakan adanya peninjauan
ulang dalam bentuk Lokakarya Saka ditinjau ulang dan namun
perlu lebih dikembangkan, sehingga mampu menampung aspirasi yang
berkembang, untuk kemudian diterapkan sesuai ketentuan-ketentuan baru.
C. PENAMPILAN, PERILAKU DAN KINERJA PRAMUKA SEHARI-HARI
Hubungan
Gerakan Pramuka dengan media masa telah terjalin dengan baik. Kerjasama
dengan media elektronik maupun cetak berjalan cukup lancar, beberapa
harian di daerah mempunyai rubrik pramuka yang dimuat secara teratur.
Namun demikian, pengetahuan dan apresiasi masyarakat umum dan lembaga
pemerintahan, mengenai apa sebenarnya Kepramukaan masih kurang.
Kehumasan tidak cukup hanya mengandalkan media massa luar, yang lebih
mengutamakan pemberitaan yang mendatangkan uang, seperti berita
sensasional, menghebohkan atau kontroversial.
Peningkatan
citra pramuka yang paling efektif adalah penampilan sehari-hari anggota
pramuka sendiri, baik secara perorangan maupun secara berkelompok.
Penampilan yang rapi, disiplin, siap menolong dan mandiri, yang
merupakan manifestasi Satya dan Darma Pramuka, akan jauh lebih besar
dampaknya.
Penampilan
berpakaian seragam Pramuka harus rapi dan tertib. Sikap pun harus
tegap, menampakkan jatidiri sebagai pramuka. Pakaian seragam pramuka
dikenakan pada waktu melakukan kegiatan atau acara kepramukaan.
Ketentuan-ketentuan ini sering dilupakan atau tidak diperhatikan,
sehingga pemakaian seragam menjadi sembarangan. Hal ini kemungkinan
karena di sebagian besar Gudep, seragam ini diperlakukan sebagai seragam
sekolah untuk hari tertentu dan tidak ada petunjuk dan kontrol dari
pembina.
Motto
Gerakan Pramuka adalah: “Satyaku kudarmakan, darmaku kubaktikan”, yang
berarti komitmen untuk mengamalkan Satya dan Darma Pramuka. Bagi pramuka
siaga, secara sederhana hal ini dibekalkan sebagai komitmen untuk
“berbuat kebaikan setiap hari”, sedangkan untuk saudara-saudaranya yang
lebih tua, mereka harus senantiasa “ber-(siap) sedia”, untuk menolong
orang, untuk memimpin, untuk memainkan peran konstruktif dalam
masyarakat. Hal-hal
ini harus menjadi perilaku sehari-hari seorang pramuka, harus
men-”darah-daging”. Adalah kewajiban para pembina untuk mengingatkan hal
ini kepada para peserta didiknya.
D. PENDATAAN KEANGGOTAAN DAN REGISTRASI GUDEP
Sistem
pelaporan yang merupakan urat nadi sistem informasi, belum berjalan
sebagaimana mestinya, terutama karena Kwarcab belum berfungsi dan
berdaya penuh. Data mengenai Gudep yang berpangkalan sekolah masih belum
dapat dikendalikan oleh Kwarcab.
Berdasarkan
data dari laporan yang masuk, anggota Gerakan Pramuka status September
2002, berjumlah 16.754.539 orang, dengan perincian:
a. Pramuka Siaga putra-putri 7.893.063
b. Pramuka Penggalang putra-putri 6.862.100
c. Pramuka Penegak putra-putri 1.862.278
d. Pramuka Pandega putra-putri 137.098
Angka-angka
ini tidak menggambarkan jumlah yang sebenarnya karena laporan tidak
lengkap dan tidak akurat. Beberapa daerah belum atau tidak pernah dapat
melaporkan jumlah pramuka yang sebenarnya. Beberapa daerah melaporkan
jumlah murid sekolah untuk melaporkan jumlah pramuka siaga atau
penggalangnya. Dengan demikian, angka 16 juta orang itu, hanya dapat
dibaca sebagai “potensi keanggotaan” anggota muda Gerakan Pramuka.
Keputusan
Ka Kwarnas No. 051 Tahun 2002 mengenai Sistem Registrasi Gudep telah
dikeluarkan dan implementasi sangat terkait dengan pemberdayaan Kwarcab
E. KWARTIR CABANG
Pusat
kegiatan Pramuka adalah di Gugusdepan dan Satuan Karya, dan Kwartir
yang langsung bertanggungjawab atas pembinaan Gudep dan Saka adalah
Kwartir Cabang. Selain itu dalam Keputusan Ka Kwarnas No. 048 Tahun 2003
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kwartir Cabang, telah ditegaskan pula
bahwa di samping merupakan tumpuan kegiatan dan pelatihan, serta
penggerak perkembangan Gudep dan Saka, Kwarcab adalah satuan
administrasi pangkal terbawah.
Karena
berbagai sebab, pada umumnya Kwartir Cabang belum dapat
menyelenggarakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. Kendala yang
dihadapi selain dana, adalah besarnya jumlah Gugusdepan yang berada
dalam lingkup wewenangnya dan tidak tersedianya tenaga staf kwartir
prtofesional.
Pemberdayaan
Kwartir Cabang sehingga dapat menyelenggarakan fungsi sebagaimana
mestinya, merupakan kondisi mutlak apabila penyelenggaraan kepramukaan
akan ditingkatkan mutunya. Penerapan Keputusan tentang Organisasi
Kwarcab yang baru belum dilaksanakan.
E. PRAMUKA-NET
Pemanfaatan
Internet dengan dikembangkannya Pramuka-Net sejak tahun 1997, merupakan
langkah penting dan berdampak besar dalam meningkatkan pelayanan
penerangan ke luar maupun ke dalam. Tetapi tahun-tahun belakangan ini tercatat kegiatan di Pramuka Net menurun.
Sistem
informasi timbal balik yang menyalurkan kebijakan, ketentuan dan
rencana-rencana serta pelaporan-pelaporan, ternyata masih belum
berfungsi dengan baik. Sebab utama kiranya tidak semata-mata pada
kekurangan teknis, melainkan mungkin lebih pada mental dan disiplin.
F. SUMBER DAYA KEUANGAN
Sesuai dengan Anggaran Dasar, pendapatan Gerakan Pramuka diperoleh dari iuran anggota, bantuan pemerintah, sumbangan masyarakat, usaha dana, unit usaha yang dimiliki, dan sumber lain yang tidak bertentangan.
Sejak
tahun 2000, bantuan Presiden untuk Gerakan Pramuka tidak ada lagi,
sedangkan dana abadi yang didepositokan mengalami turunya penurunan suku bunga dengan drastis, yang kini dikenai potongan pajak.
Kwartir
daerah tidak lagi dapat hanya dapat bersandar dari bantuan pusat,
melainkan harus dapat mengusahakan sendiri pada tingkat masing-masing.
Seluruh jajaran Gerakan Pramuka perlu mengembangkan sumberdaya
keuangannya masing-masing. Dengan naiknya pendapatan daerah sebagai
akibat Undang-undang Otonomi Daerah, hal ini dapat diusahakan dengan
lebih mengaktifkan Majelis Pembimbing masing-masing.
G. MAJELIS PEMBIMBING
Dalam
Pokok-pokok Pengorganisasi Gerakan Pramuka telah disebutkan betapa
pentingnya fungsi dan peran Majelis Pembimbing (Mabi). Kemampuan Gudep
atau Kwartir untuk berkembang dan meningkatkan mutu Kepramukaan, sangat
tergantung dari peran Mabi di tingkatnya. Bahkan kelangsungan hidupnya
pun sangat ditentukan oleh bimbingan dan bantuan Mabi.
Di
beberapa daerah, kegiatan kepramukaan terhambat dan kurang maju karena
Mabinya kurang berfungsi. Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh
karena:
anggota Mabi tidak memiliki akses yang positif ke pemerintahan dan masyarakat,
para anggota Mabi tidak memiliki pengetahuan dan apresiasi mengenai kepramukaan.
Hal
ini dapat diatasi dengan pemilihan ketua dan anggota Mabi yang
selektif, serta pemberian informasi mengenai fungsi dan tugasnya, dan
orientasi mengenai seluk beluk organisasi dan kegiatan Kepramukaan.
I. BUKU PRAMUKA
Buku-buku
kepramukaan yang berupa buku petunjuk, buku panduan dan sebagainya
merupakan sarana yang mutlak diperlukan dan sangat efektif dalam
pengembangan diri. Buku-buku kepramukaan yang telah diterbitkan oleh
Kwarnas sejak kira-kira 20 tahun yang lalu, perlu dimutakhirkan dan
dikembangkan.
Kebutuhan
ini sangat dirasakan oleh daerah, baik para Pembina di lapangan maupun
peserta didiknya, dan di beberapa daerah secara spontan dan sesuai
dengan kemampuannya, telah diterbitkan berbagai tulisan/buku untuk
mengisi kekurangan ini. Pakar-pakar penulis yang berpengalaman praktis,
terutama para mantan pembina/pelatih Pramuka, banyak tersedia dan
tersebar di daerah. Penerbitan buku kepramukaan ini harus segera
ditangani, yaitu dengan mengorganisasikan dan memadukan upaya penulisan
dan penerbitan, baik di daerah maupun di tingkat pusat.
Penyebarluasan
buku-buku itu hendaknya menggunakan jaringan kedai, karena buku
kepramukaan adalah komoditi utama kedai di samping pakaian seragam dan
atributnya.
A. UMUM
Proses
globalisasi dalam teknologi, pasar dan perdagangan, perjalanan dan
migrasi terus berkembang dengan cepat. Dampak yang diakibatkan oleh
kekuatan dan kebijakan global sangat mempengaruhi keadaan dan
pengambilan keputusan pada tingkat nasional dan lokal.
Perusakan
lingkungan telah mengakibatkan berbagai bencana dan krisis ekologi,
seperti banjir, tanah longsor, pencemaran udara dan air, kekeringan dan
kelangkaan air. Selain itu terjadi perubahan-perubahan dalam fenomena
alam yang juga mengakibatkan bencana seperti tsunami, angin ribut,
aktivitas gunung berapi, bertambah panasnya bumi, naiknya air laut,
gelombang panas, gelombang dingin, air bah dan kekeringan.
B. TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang pesat, berpengaruh terhadap
kehidupan kita. Komunikasi antar perorangan atau instansi, serta akses
ke sumber-sumber data dan informasi, terbuka lebar menjangkau seluruh
dunia tanpa batas. Hal ini benar-benar merupakan kemajuan teknologi yang
luar biasa yang membuka peluang-peluang positif hampir tak terhingga.
Namun demikian, di lain fihak hal ini juga merupakan “ancaman” yang
sangat besar, karena dapat berdampak negatif pada anak muda.
C. EKSES ERA REFORMASI
Krisis
multi-aspek yang melanda Indonesia, serta ekses-ekses negatif proses
reformasi yang “kebablasan”, telah membawa tingkah laku sosial yang akan
membawa dampak negatif pada generasi muda. Tingkah laku para politisi,
penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan angkatan kerja yang tidak
seimbang. Hal ini dibarengi dengan peningkatan kriminalitas, kekerasan
dan anarki, bahkan sampai ke terorisme, yang akan membawa dampak kepada
perkembangan watak anak muda.
Dengan kondisi seperti tersebut di atas, maka pengaruh “pendidikan informal” kepada generasi muda sangat besar.
D. OTONOMI DAERAH
Undang-undang mengenai otonomi daerah antara lain telah menetapkan pembagian hasil
pendapatan daerah yang lebih adil, sehingga pada umumnya kemampuan
dukungan daerah untuk kepramukaan juga menjadi lebih besar.
Namun
yang perlu diwaspadai adalah adanya kemungkinan timbulnya euforia
kedaerahan yang berlebihan. Sehingga dapat mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa.
E. GAYA HIDUP
Pola
hidup konsumtif dan mewah berlebihan, yang cenderung makin
diperlihatkan akan cepat diikuti oleh anak muda yang sedang mencari
nilai-nilai dalam proses pembentukan pribadinya. Informasi beraneka
ragam seperti pornografi, gaya hidup kaum muda yang jauh dari kewajaran,
mudah meluas dan sukar dihindari. Angka penderita HIV/AIDS dari tahun
ke tahun cenderung meningkat jumlahnya. Demikian pula pemakaian narkoba
semakin meluas. Mungkin ini semua merupakan gejala menghindar (escape)
dari kenyataan, karena sindrom masyarakat yang mengemuka dewasa ini
adalah konflik dan kekerasan, kasih sayang dan tolong-menolong makin
susah ditemukan.
Hal-hal
yang dikemukakan ini, bukan lagi merupakan kendala dan ancaman saja,
melainkan sudah merupakan permasalahan nyata yang sudah serius
proporsinya. Keadaan ini adalah masalah dan tantangan yang besar dan
berat bagi dunia pendidikan.
F. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Gerakan
Pramuka adalah suatu gerakan pendidikan jalur nonformal yang melengkapi
pendidikan jalur formal maupun informal. Melihat asas-asasnya, tujuan,
prinsip dan metode yang telah mantap dan baku, Kepramukaan mampu menjadi
salah satu kekuatan perubahan sosial nasional. Karena itu peranan
Gerakan Pramuka perlu diakui dan dinyatakan dalam kebijakan nasional.
Dalam
Undang-undang Sisdiknas yang baru, Gerakan Pramuka hanya disinggung
dalam penjelasannya sebagai suatu organisasi kepemudaan.
G. KEPRAMUKAAN DUNIA DAN RENCANA 2007
Tahun 2007: 100 Tahun Kepramukaan Dunia
Pada
tahun 2007 Kepramukaan Dunia akan berusia 100 tahun. Dalam rangka itu,
Komite Pramuka Dunia (WSC) telah membentuk 2007 World Scout Task Force,
yang dipimpin oleh Ketua WSC sendiri. Tema yang dipilih: “ 2007: One World, One Promise”
Untuk ini WSC telah menetapkan sasaran:
1. Merayakan 100 tahun KepramukaanMendemonstrasikan kebersatuan Kepramukaan Dunia
2. Mendemonstrasikan kebersatuan Kepramukaan Dunia
3. Meningkatkan dan mempromosikan mutu Kepramukaan
4. Mempromosikan perdamaian
5. Mendemonstrasikan nilai yang unik Kepramukaan
6. Memberikan pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat
7. Mendemonstrasikan komitmen kepada alam dan lingkungan hidup
8. Menunjukkan kepedulian kepada semua masyarakat.
“Hadiah untuk Perdamaian (Gift for Peace)”
Pada
tahun 2007 diharapkan agar setiap NSO dapat memberikan suatu “Hadiah
untuk Perdamaian” (Gift for Peace), yaitu proyek yang harus mulai
dikerjakan NSO sejak tahun 2005. “Gift for Peace” ini bisa
bermacam-macam bentuknya, berupa proyek Pramuka yang menanggapi
kebutuhan anak muda yang penting, yang dikerjakan dengan pendekatan
Metode Kepramukaan. Untuk itu, maka pada Konferensi Dunia 2005 di
Tunisia, masing-masing NSO diharapkan melaporkan rencana proyeknya
masing-masing.
“Scouts of the World”
Dalam
menanggapi globalisasi, konflik bersenjata yang makin banyak dan krisis
ekologi yang terjadi dunia, perlu mengintensifkan program-program
Pramuka. Untuk itu World Programme Committee menyarankan untuk
meluncurkan proyek sedunia yang dinamakan ”Scouts of the World”. Proyek
ini menyarankan agar dalam Program Pramuka dimasukkan sejumlah kegiatan
yang memberikan titik berat khusus pada:
- pendidikan pembangunan (mencakup solidaritas internasional, interdependensi, kesehatan),
-
pendidikan perdamaian (hak asasi, keadilan sosial, demokrasi, persamaan
hak, komunikasi inter-budaya, toleransi, manajemen konflik, pemecahan
problem),
-
dan pendidikan lingkungan hidup (menemukan dan menghormati lingkungan
alam, memahami interdependensi, mengetahui konsekwensi/akibat dari
pilihan-pilihan perorangan atau politik).
BAB V
TANTANGAN
TANTANGAN
Penafsiran keadaan strategik mengungkapkan adanya lima tantangan yang harus ditanggapi, ya’ni:
Perkembangan
lingkungan menunjukkan kecenderungan semakin meningkatnya ancaman yang
berdampak negatif pada generasi muda Indonesia. Pembekalan nilai-nilai
kehidupan, akhlak, watak dan disiplin yang dapat merupakan perlindungan
dan ketahanan dirinya, perlu lebih diperhatikan dan ditingkatkan.
Menghadapi
permasalahan berat dalam perkembangan lingkungan strategik yang akan
datang, tampaklah betapa pentingnya peran dan tugas pembina-pembina
pramuka. Semakin tinggi urgensinya: Penyediaan pembina pramuka yang
berkualifikasi tepat, berkomitmen kuat akan tugasnya, dan berkemauan
untuk mengembangkan kecakapan, ketrampilan serta sikap yang dituntut
oleh fungsinya.
Pengembangan
kelembagaan, struktur organisasi dan sistem-sistem yang lebih efektif,
ramping dan sederhana, yang dapat disesuaikan dengan kondisi daerah yang
masing-masing sangat bervariasi dalam hal bentuk geografis wilayah,
prasarana dan sarana, serta penyebaran dan kepadatan penduduknya.
4. Kemandirian Dana
Mengupayakan kemandirian dalam hal pendanaan guna mendukung program dan kegiatan Gerakan Pramuka.
Adalah
aspirasi dan harapan bangsa, bahwa dalam keadaan krisis yang dihadapi
bangsa Indonesia, Pramuka Indonesia dapat menjadi perekat bangsa yang
dapat turut menyelamatkan bangsa dari perpecahan dan disintegrasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan
kesimpulan analisis, dapatlah dikembangkan gambaran mengenai Gerakan
Pramuka dan Kepramukaan di Indonesia pada akhir lima tahun mendatang,
sebagai sasaran strategik yang dituju, yang menjadi sasaran bersama dan
yang menetapkan agenda untuk kurun waktu yang akan datang bagi seluruh
jajaran Gerakan Pramuka.
B. POSTUR GERAKAN PRAMUKA TAHUN
a. Umum
Gerakan
Pramuka yang membuktikan benar-benar dapat menyelenggarakan Misi
Kepramukaan dan diakui sebagai gerakan pendidikan nonformal utama, yang
bersifat sukarela, nonpolitik, terbuka, dan menjangkau seluruh pelosok
Nusantara, yang mampu menjadi salah satu kekuatan perubahan sosial dan
memelihara kesatuan bangsa.
b. Khusus
Apabila semua kekurangan dan kelemahan yang diidentifikasi, berhasil diatasi, maka:
Anggota Pramuka Indonesia tampil dan berperilaku di masyarakat, sesuai jatidiri seorang pandu ibu pertiwi,
Gudep
semakin mantap, melaksanakan kegiatan sesuai Program Kegiatan Peserta
Didik, dengan tuntunan pembina-pembina pramuka yang mahir.
Saka
semakin mantap, melaksanakan kegiatan peningkatan ketrampilan dan
bakti, dalam mempersiapkan diri untuk peran konstruktif dalam
masyarakat.
Anggota muda Pramuka memiliki ketahanan menghadapi ancaman yang menghadangnya, berkat pembekalan iman dan takwa, nilai-nilai kehidupan, akhlak, watak dan disiplin.
Kwarcab
telah mapan dan berdaya menjalankan fungsinya sebagai ujung tombak
pembinaan Kepramukaan dan sebagai kwartir administrasi pangkal.
Organisasi
ramping dan fleksibel, yang tanggap dan efektif dalam kondisi geografi,
demografi, budaya, sarana dan prasarana daerah yang sangat beragam.
Sumberdaya keuangan lebih mandiri, yang mampu mendukung kegiatan-kegiatannya.
Program-program
aksi Pramuka berskala nasional, yang merintis, memberi tauladan dan
menyertakan rakyat dalam hidup berwawasan kebangsaan, persatuan,
perdamaian, pembangunan dan lingkungan hidup.
Gerakan Pramuka sebagai bagian dari gerakan global, memberikan kontribusi nyata dalam membangun suatu dunia yang lebih baik.
BAB VII
PROGRAM PRIORITAS DAN SASARAN
PROGRAM PRIORITAS DAN SASARAN
A. UMUM
Telah
diidentifikasi tantangan yang harus ditanggapi Kepramukaan di
Indonesia. Demikian pula, penjabaran Sasaran Strategik Tahun 2009 telah
menggambarkan bagaimana seyogyanya sosok Gerakan Pramuka di masa depan
dan menunjukkan arah yang harus dituju.
Dengan
demikian dapatlah ditetapkan prioritas-prioritas guna mencapai sasaran
strategik itu berikut sasaran-sasarannya, yang menetapkan agenda masa
depan Gerakan Pramuka, serta merupakan sektor-sektor kunci yang harus
ditangani oleh seluruh jajaran.
B. PROGRAM PRIORITAS
1. PROGRAM PRIORITAS 1: PEMBINAAN ANGGOTA MUDA
Program
ini berfokus ke penyelenggaraan Kepramukaan di Gudep, penerapan dan
pengembangan Program Kegiatan Pramuka yang memberikan perhatian lebih
dan tekanan secara khusus pada:
pendidikan watak, nilai dan disiplin,
pendidikan kebangsaan dan persatuan bangsa,
pendidikan perdamaian,
pendidikan lingkungan,
pendidikan pembangunan.
Dengan tetap menggunakan pendekatan Metode Kepramukaan, kegiatan disesuaikan dengan kondisi sosial, budaya dan ekonomi daerah.
Pemutakhiran
Program Kegiatan kaum muda (Youth Programme) yang telah dimulai
sebelumnya, hendaknya dituntaskan dengan memberikan perhatian lebih pada
pembekalan nilai-nilai, kebangsaan, perdamaian dan lingkungan, serta
peningkatan penguasaan basic scouting (kegiatan di alam bebas), dalam
kegiatan yang lebih menarik dan menantang sesuai dengan aspirasi anak
muda sekarang.
2) Gudep yang mantap,
Bertolak
dari penerapan Sistem Registrasi Ulang Gudep yang implisit mengevaluasi
kelayakannya,. Gudep dimantapkan dengan memapankan dan mengaktifkan
para pembinanya serta memfungsikan mabigusnya sesuai ketentuan dalam
Petunjuk Penyelenggaraan Gudep.
Penegasan
kembali asas-asas eksistensi dan pembinaannya, penyelenggaraan kegiatan
yang lebih terarah dan seimbang antara pengembangan minat, ketrampilan
dan bakti masyarakat, dengan dukungan sumber daya.
Penyelenggaraan
pertemuan kegiatan seperti Jambore, PW, Raimuna, dengan tema-tema yang
lebih diarahkan kepada pendidikan nilai, kebangsaan, perdamaian,
lingkungan, dsb dan dengan jadwal waktu yang diperhitungkan secara
cermat
5) Kegiatan Kepramukaan berskala nasional
Program
kegiatan kepramukaan berskala nasional dirintis, untuk memberi tauladan
dan menyertakan rakyat dalam hidup berwawasan kebangsaan, persatuan,
perdamaian, pembangunan dan lingkungan hidup.
Buku-buku kegiatan & permainan, dan buku-buku teknik & ketrampilan pramuka.
7) Kewirausahaan
Adanya
upaya peningkatan pendidikan dan latihan ketrampilan dalam rangka
pembinaan kewirausahaan, agar mampu hidup mandiri di tengah masyarakat.
Program
ini berfokus pada peningkatan kualitas Anggota Dewasa, terutama Pembina
Pramuka dan Pelatih Pembina. Para anggota dewasa dibekali kemampuan
untuk melaksanakan tugasnya sebaik mungkin. Selain itu, mereka yang
tersebar langsung di lapangan, adalah “agents of change” dan “agents of
development”.Merekalah “roda gendeng” utama yang menggugah dan
menggerakkan semangat, komitmen dan motivasi untuk mencapai Sasaran Strategik Gerakan Pramuka.
1) Penerapan Kebijakan Anggota Dewasa (Adult in Scouting)
Pengkajian dan adaptasi Kebijakan Anggota Dewasa untuk penerapannya di Gerakan Pramuka, terutama mengenai:
a) konsep tenaga eksekutif profesional (professional scouters)
b) konsep kesukarelaan anggota dewasa
2) Pelatihan Pembina Pramuka, Pelatih dan Pamong Saka, pada skala besar,
Penyusunan
rencana induk pengadaan pembina pelatih dan pelaksanaannya. yang selain
menyertakan seluruh potensi diklat, juga mencakup pengembangan
modul-modul diklat untuk pembelajaran senidiri, yang dapat mempersingkat
waktu pelatihan di Lemdika-lemdika dan menggandakan calon pembina
pramuka.
3) Penataran/orientasi Anggota Mabi dan Staf profesional, pada skala besar,
Penyelenggaraan
penataran, penyampaian informasi dan penyediaan petunjuk tentang
partisipasi dan peran Mabi, Andalan, Pinsaka dan Staf Kwartir
4) Penyelenggaraan fora diskusi,
Forum
informasi perkembangan kepramukaan, berbagi pengalaman, pemecahan
persoalan seperti Karang Pamitran, Gelang Ajar dan lain sebagainya.
Kegiatan/pertemuan diupayakan secara berjenjang pada tingkat kwartir
5) Buku Kepramukaan untuk Anggota Dewasa
Meningkatkan
ketersediaan buku pedoman/panduan untuk anggota dewasa. Penyebaran buku
melalui kedai, sedangkan materi dapat disebarluaskan melalui penyajian
dalam berbagai bentuk media (leaflet, CD, tampilan Website, e-mail dsb).
3. PROGRAM PRIORITAS 3: KEHUMASAN DAN KOMUNIKASI
Program
ini berfokus ke peningkatan citra Kepramukaan Indonesia dan pengakuan
perannya sebagai salah satu sistem pendidikan nonformal yang memberikan
kontribusinya dalam melengkapi pendidikan anak muda Indonesia, dengan
mempersiapkan mereka menjadi pribadi dewasa yang telah berkembang diri
sepenuhnya dan memainkan peran konstruktif di dalam masyarakat.
2) Aksi Pramuka Peduli,
3) Koordinasi dengan Pihak Terkait
4) Komunikasi Internal dan Eksternal
Pemantapan
komunikasi dan informasi internal maupun eksternal yang mampu memenuhi
kebutuhan dan aspirasi jajaran dan anggota Gerakan Pramuka, antara lain melalui:
Optimalisasi jalur komunikasi informasi yang ada (internet, faksimili, telepon).
a) Pengelolaan website Kwartir secara lebih profesional
b) Penyusunan petunjuk dan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi yang mampu dilaksanakan di jajaran kwartir.
5) Representasi di Forum Internasional.
4. PROGRAM PRIORITAS 4: ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
Program
ini berfokus ke kelembagaan, organisasi, sistem dan manajemen, yang
dibenahi berdasarkan pedoman memulihkan kembali ke asas-asas (back to
basics), tetapi modern sesuai tuntutan zaman, yaitu ramping, fleksibel
dan lebih peka akan kebutuhan masyarakat, serta mampu menanggapinya
secara cepat dan efektif.
Pengembangan
struktur organisasi dan sistem-sistem yang lebih efektif, ramping dan
sederhana, yang dapat disesuaikan dengan kondisi daerah yang
masing-masing.
Menuntaskan
rencana pemberdayaan Kwarcab, sebagai kwartir, penting dalam penertiban
gugus depan di setiap pangkalan, yang sangat menentukan baik tidaknya
penyelenggaraan kepramukaan.
Pembenahan kelembagaan dan perangkat organisasi dalam Gerakan Pramuka termasuk koordinasi antar kelembagaan.
Peningkatan manajemen Kwartir/satuan agar mampu melakukan pengelolaan sesuai perkembangan teknologi, antara lain melalui:
a) Pemapanan sistem data dan laporan yang andal
b) Pemutahkiran data (bank data) dari gudep sampai Kwarnas dengan akurasi data yang dapat dipertanggungjawabkan.
4) Perlindungan Hak Milik Intelektual
Memastikan perlindungan atas hak cipta dan hak merek milik Gerakan Pramuka
5) Manajemen Resiko
Perlunya pengembangan dan sosialisasi manajemen resiko di gerakan Pramuka
5. PROGRAM PRIORITAS 5: SUMBERDAYA KEUANGAN
Program ini berfokus ke upaya mencapai kemandirian yang lebih besar dalam pendanaan untuk mendukung kegiatan Gerakan Pramuka.
1) Program Pengembangan Sumberdaya Keuangan
Dalam
rangka mengupayakan peningkatan kemandirian dalam pendanaan, perlu
dikaji dan disusun rencana pengembangan sumberdaya keuangan
masing-masing kwartir.
2) Iuran Anggota Dan Satuan
Penegasan
kembali dan penerapan sistem iuran anggota secara menyeluruh dan
penentuan iuran satuan dalam rangka penerapan Sistem Registrasi Gudep.
3) Asuransi
Penyusunan
dan pengembangan sistem asuransi yang tepat bagi anggota Gerakan
Pramuka dengan melibatkan perusahaan asuransi yang telah memiliki cabang
di seluruh Indonesia.
4) Pemberdayaan Aset
Pendayagunaan
asset yang dimiliki dengan pengelolaan secara profesional, agar lebih
efektif dan dapat meningkatkan penghasilan Kwartir, seperti Kedai, Buper
dan sebagainya.
5) Usaha dana
Penyelenggaraan
kegiatan usaha dana, dalam rangka pengumpulan sumbangan untuk mendukung
kegiatan operasional pramuka terutama kegiatan bakti kemanusiaan dan
kegiatan skala nasional, meliputi:
a) Kegiatan usaha dana kemanusiaan
b) Kegiatan usaha dana penanggulangan musibah dan bencana
c) Kegiatan usaha dana dalam rangka mendukung kegiatan besar (Jamnas, Raimuna,PW)
Rencana
Strategik Gerakan Pramuka 2004-2009 ini adalah acuan pokok yang
menetapkan arah bagi semua penetapan sasaran dan kegiatan dalam Rencana
Kerja (RENJA) dan Program Kerja (PROGJA) untuk masa bakti 2004-2009 bagi
seluruh jajaran Gerakan Pramuka.
Dengan
demikian diharapkan dapat diperoleh upaya pusat dan daerah yang terpadu
dalam menanggapi tantangan, meningkatkan penyelenggaraan kepramukaan,
mengatasi kekurangan, kelemahan dan mendayagunakan peluang untuk
mencapai sasaran strategik Gerakan Pramuka tahun 2009.
Renstra
harus dimasyarakatkan secara luas ke semua jajaran kwartir dan satuan
Pramuka. Para eksekutif baik andalan maupun profesional di Gerakan
Pramuka, harus mengetahui, memahami dan menghayatinya, serta memiliki
komitmen untuk menyukseskannya.
Ditetapkan di Pontianak
Pada tanggal 18 Desember 2003.
Presidium Munas Gerakan Pramuka 2003,
Sundoro Syamsuri
Ketua
Dr. H. Noer Bahry Noer, MSc. Amos Asmuruf
Anggota Anggota
Drs. H. Didi Edia Kartadinata Riyadi Santoso, SPd.
Anggota
0 comments:
Posting Komentar
Comment